Jalan hidup memang sudah ada yang ngatur ya, siapa lagi kalo bukan Allah SWT. Terkadang kita suka mempertanyakan jalan hidup yang kita jalani. "Kenapa aku begitu cantik, baik hati dan tidak sombong?" Hahaha Ini sih namanya kepedean ya #lupakan.. Disaat kita mengalami hal yang tidak kita inginkan, seringkali kita mengeluh, mempertanyakan Kehendak-Nya. Disaat mendapatkan hal yang kita mau, belum tentu kita ingat siapa yang telah memberikannya. Yah begitulah manusia. Semoga kita menjadi orang yang selalu ingat dan bersyukur atas segala nikmat Allah SWT.. Setuju kawan? (gemuruh jawaban kawan-kawanpun terdengar)
Aku tumbuh menjadi anak yang ceria, berani dan penuh percaya diri. Sejak TK sampai SMP pun selalu mendapatkan prestasi yang di atas rata-rata *sombong, Hahaha. Hingga saat aku masuk SMA. Semakin berat persaingan yang aku alami. Teman-temanku berasal dari SMP-SMP favorite di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Tentunya mereka adalah para lulusan terbaik dari SMP masing-masing. Entahlah apa memang aku yang kurang berusaha atau memang kemampuan otak sudah semakin berkurang. Prestasikupun menjadi menurun, hanya rata-rata temanku yang lain.
Pernah suatu kali aku membatin, "kok aku capek ya jadi yang di atas rata-rata, setiap nilai turun sedikit aja mama sudah sedih... Pengen deh rasanya seperti teman lain yang biasa aja, dapet nilai delapan saja sudah seneng banget, begitu pula mamanya".. Ya itu mungkin ungkapan kekurangsyukuranku kepada Pemilik Jalan Hidup. Entah ini benar atau hanya perasaanku saja, sejak saat itu prestasiku hanya standar saja, rata-rata teman yang lain. Bukan terbaik dan bukan juga yang terburuk. Tapi sungguh, aku menyesal mengatakannya. Otakku jadi begitu lemot menghafal, sungguh sangat lambat menghitung hitungan matematika, kimia apalagi fisika. Sungguh penyesalan yang tak berujung.
Hingga kelulusan SMA pun tiba. Sebagian besar temanku sudah diterima di universitas dengan jurusan sesuai impian masing-masing. Hanya aku, ya itu perasaanku, hanya aku yang belum. Aku bertekad untuk masuk ke universitas negeri atau ikatan dinas, mengingat keadaan ekonomi keluargaku. Aku begitu tidak ingin merepotkan mamaku terlalu sangat. Apalagi setelah papaku di PHK dari tempatnya bekerja saat krisis melanda dunia pertekstilan di Pekalongan.
Aku mulai usahaku dengan mengikuti beberapa ujian masuk peguruan tinggi, dari ujian masuk UNDIP sampai UGM, yah dengan jurusan yang mungkin terlalu muluk untuk otakku ini, kedokteran. Haha Kawan boleh tertawa, tapi itu cita-citaku dulu. Dokter ga bisa, bidanpun jadi, aku daftar ujian masuk sekolah kebidanan negeri di Semarang, tapi ya begitu.. Aku hanya masuk bangku cadangan. Saat aku bersusah payah datang ke tempat tes kesehatan, aku diberitahu bahwa aku tak perlu tes dulu, karena aku hanya masuk daftar cadangan. Jika ada yang mengundurkan diri, baru aku bisa masuk menggantikannya dan dites. Kecewa, sedih dan marah. Iihh apa coba disuruh dateng jauh-jauh eh dibegitukan. Mencoba ikhlas..
Saat SPMB aku berusaha menyelesaikan soal-soal dengan baik, sambil teriring doa yang tak putus, aku benar-benar berharap bisa mendapatkannya sekalipun pilihan kedua. Pengumuman tiba, aku susuri satu-satu nama di koran, banyak sekali nama dan angka, membuat mataku berkunang-kunang. Alhamdulillah namaku tertera disana. Aku diterima di jurusan Ilmu gizi fakultas kedokteran UNDIP. Sujud syukur langsung aku lakukan. Beribu kata syukur terucap dari mulutku. Mama papapun senang mendengar berita bahagia ini.
Aku sudah puas dan senang dengan hasil yang baru aku raih, aku enggan mengikuti ujian saringan masuk STAN yang sudah aku daftar. Orang tuaku membujukku. Tidak ada salahnya mencoba. Aku cobalah ujiannya, aku santai dan tenang dalam mengerjakannya. Tanpa ada beban, tanpa ada hasrat diterima. Menyenangkan sekali jika setiap ujian, kita bisa merasakan perasaan setenang itu.
Selesai daftar ulang, masa orientasipun dimulai. Tidak ada ospek-ospekan yang mengerikan di fakultas kedokteran UNDIP. Hanya perkenalan dari kakak kelas dan calon dosen. Sudah sangat nyaman, hingga suatu hari pengumuman STAN pun keluar disaat ada pertemuan wali murid. Aku sudah bertekad tetap kuliah di sana. Ternyata kehendak Allah lain, mama bilang, kami harus membayar lagi biaya masuk jurusan itu, kalo ga salah sebesar lima juta rupiah saat itu. Disaat bersamaan aku mendapatkan SMS dari teman bahwa aku diterima di STAN program studi Diploma I. Bingung, aku sudah nyaman dan bahagia di sana. Tapi aku pun tak ingin begitu membebani mamaku. Aku putuskan aku akan sekolah di STAN walau cuma DI.. Bukan bermaksud meremehkan DI. Tapi memang aku pengen banget dapet gelar SI dulu.
Sekian lama, aku baru menyadari. Itulah jalan terbaik untuk aku. Di sana tersimpan begitu banyak misteri Illahi yang tak kita sangka saat menjalaninya. Tapi setelah melewatinya kita baru disadarkan, inilah jalan terindah yang telah Allah rancang untuk kita. Coba kita flash back. Jika aku sudah diterima di ujian masuk universitas sebelum aku mengikuti SPMB, berapa biaya yang akan orang tuaku keluarkan untuk hanya biaya daftar ulang saja. Bayangkan lagi, jika aku saat pengumuman SPMB aku tidak diterima, mana mungkin aku bisa setenang itu mengerjakan soal-soal USM STAN. Coba ku renungkan lagi, jika saat itu aku diterima di jurusan kedokteran bukan ilmu gizi, pasti aku tidak akan rela melepasnya dan bersekolah di STAN.
Tapi memang Allah Maha Pembuat Rencana Indah.. Karena semua liku yang aku alami itu adalah menuju suatu kebahagiaan yang tak terkira, kenikmatan yang tak bisa aku balas walo dengan seribu sujudku kepada-Nya. Aku bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan setelah sekolah selama setahun. Selain itu, aku dipertemukan dengan suami idaman pun di kantor. Aku memiliki anak yang sehat, keluarga baru yang begitu perhatian dan teman-teman baru yang begitu menyenangkan. Semua itu jalan hidup yang sudah Allah rancang sedemikian rupa indahnya untukku.
Aku yakin setelah ada badai, pasti akan ada hari yang cerah.. Semua itu baru kita sadari setelah kita mengalaminya... ^^ Alhamdulillah terima kasih Ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan. ^^
Aku tumbuh menjadi anak yang ceria, berani dan penuh percaya diri. Sejak TK sampai SMP pun selalu mendapatkan prestasi yang di atas rata-rata *sombong, Hahaha. Hingga saat aku masuk SMA. Semakin berat persaingan yang aku alami. Teman-temanku berasal dari SMP-SMP favorite di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Tentunya mereka adalah para lulusan terbaik dari SMP masing-masing. Entahlah apa memang aku yang kurang berusaha atau memang kemampuan otak sudah semakin berkurang. Prestasikupun menjadi menurun, hanya rata-rata temanku yang lain.
Pernah suatu kali aku membatin, "kok aku capek ya jadi yang di atas rata-rata, setiap nilai turun sedikit aja mama sudah sedih... Pengen deh rasanya seperti teman lain yang biasa aja, dapet nilai delapan saja sudah seneng banget, begitu pula mamanya".. Ya itu mungkin ungkapan kekurangsyukuranku kepada Pemilik Jalan Hidup. Entah ini benar atau hanya perasaanku saja, sejak saat itu prestasiku hanya standar saja, rata-rata teman yang lain. Bukan terbaik dan bukan juga yang terburuk. Tapi sungguh, aku menyesal mengatakannya. Otakku jadi begitu lemot menghafal, sungguh sangat lambat menghitung hitungan matematika, kimia apalagi fisika. Sungguh penyesalan yang tak berujung.
Hingga kelulusan SMA pun tiba. Sebagian besar temanku sudah diterima di universitas dengan jurusan sesuai impian masing-masing. Hanya aku, ya itu perasaanku, hanya aku yang belum. Aku bertekad untuk masuk ke universitas negeri atau ikatan dinas, mengingat keadaan ekonomi keluargaku. Aku begitu tidak ingin merepotkan mamaku terlalu sangat. Apalagi setelah papaku di PHK dari tempatnya bekerja saat krisis melanda dunia pertekstilan di Pekalongan.
Aku mulai usahaku dengan mengikuti beberapa ujian masuk peguruan tinggi, dari ujian masuk UNDIP sampai UGM, yah dengan jurusan yang mungkin terlalu muluk untuk otakku ini, kedokteran. Haha Kawan boleh tertawa, tapi itu cita-citaku dulu. Dokter ga bisa, bidanpun jadi, aku daftar ujian masuk sekolah kebidanan negeri di Semarang, tapi ya begitu.. Aku hanya masuk bangku cadangan. Saat aku bersusah payah datang ke tempat tes kesehatan, aku diberitahu bahwa aku tak perlu tes dulu, karena aku hanya masuk daftar cadangan. Jika ada yang mengundurkan diri, baru aku bisa masuk menggantikannya dan dites. Kecewa, sedih dan marah. Iihh apa coba disuruh dateng jauh-jauh eh dibegitukan. Mencoba ikhlas..
Saat SPMB aku berusaha menyelesaikan soal-soal dengan baik, sambil teriring doa yang tak putus, aku benar-benar berharap bisa mendapatkannya sekalipun pilihan kedua. Pengumuman tiba, aku susuri satu-satu nama di koran, banyak sekali nama dan angka, membuat mataku berkunang-kunang. Alhamdulillah namaku tertera disana. Aku diterima di jurusan Ilmu gizi fakultas kedokteran UNDIP. Sujud syukur langsung aku lakukan. Beribu kata syukur terucap dari mulutku. Mama papapun senang mendengar berita bahagia ini.
Aku sudah puas dan senang dengan hasil yang baru aku raih, aku enggan mengikuti ujian saringan masuk STAN yang sudah aku daftar. Orang tuaku membujukku. Tidak ada salahnya mencoba. Aku cobalah ujiannya, aku santai dan tenang dalam mengerjakannya. Tanpa ada beban, tanpa ada hasrat diterima. Menyenangkan sekali jika setiap ujian, kita bisa merasakan perasaan setenang itu.
Selesai daftar ulang, masa orientasipun dimulai. Tidak ada ospek-ospekan yang mengerikan di fakultas kedokteran UNDIP. Hanya perkenalan dari kakak kelas dan calon dosen. Sudah sangat nyaman, hingga suatu hari pengumuman STAN pun keluar disaat ada pertemuan wali murid. Aku sudah bertekad tetap kuliah di sana. Ternyata kehendak Allah lain, mama bilang, kami harus membayar lagi biaya masuk jurusan itu, kalo ga salah sebesar lima juta rupiah saat itu. Disaat bersamaan aku mendapatkan SMS dari teman bahwa aku diterima di STAN program studi Diploma I. Bingung, aku sudah nyaman dan bahagia di sana. Tapi aku pun tak ingin begitu membebani mamaku. Aku putuskan aku akan sekolah di STAN walau cuma DI.. Bukan bermaksud meremehkan DI. Tapi memang aku pengen banget dapet gelar SI dulu.
Sekian lama, aku baru menyadari. Itulah jalan terbaik untuk aku. Di sana tersimpan begitu banyak misteri Illahi yang tak kita sangka saat menjalaninya. Tapi setelah melewatinya kita baru disadarkan, inilah jalan terindah yang telah Allah rancang untuk kita. Coba kita flash back. Jika aku sudah diterima di ujian masuk universitas sebelum aku mengikuti SPMB, berapa biaya yang akan orang tuaku keluarkan untuk hanya biaya daftar ulang saja. Bayangkan lagi, jika aku saat pengumuman SPMB aku tidak diterima, mana mungkin aku bisa setenang itu mengerjakan soal-soal USM STAN. Coba ku renungkan lagi, jika saat itu aku diterima di jurusan kedokteran bukan ilmu gizi, pasti aku tidak akan rela melepasnya dan bersekolah di STAN.
Tapi memang Allah Maha Pembuat Rencana Indah.. Karena semua liku yang aku alami itu adalah menuju suatu kebahagiaan yang tak terkira, kenikmatan yang tak bisa aku balas walo dengan seribu sujudku kepada-Nya. Aku bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan setelah sekolah selama setahun. Selain itu, aku dipertemukan dengan suami idaman pun di kantor. Aku memiliki anak yang sehat, keluarga baru yang begitu perhatian dan teman-teman baru yang begitu menyenangkan. Semua itu jalan hidup yang sudah Allah rancang sedemikian rupa indahnya untukku.
Aku yakin setelah ada badai, pasti akan ada hari yang cerah.. Semua itu baru kita sadari setelah kita mengalaminya... ^^ Alhamdulillah terima kasih Ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan. ^^
Partisipasi GA All About You