Sunday, June 10, 2018

Mudik 2018, Kerinduan

Alhamdulillah, setelah melewati perjalanan darat selama 20 jam, akhirnya sampai juga di kampung halaman suami. Perjalanan tahun ini bisa dibilang cukup lancar, hanya macet sebentar di beberapa titik.

Setiap tahun, mudik lebaran enggak boleh terlewatkan. Hanya saat akan lahiran Dzaky aja kita sempet nggak mudik karena HPL nya pas tanggal lebaran. Ternyata lahirannya mundur seminggu.

Banyak hal yang membuat kita selalu bela-belain buat pulang kampung, buat nambah cuti diluar cuti bersama karena biar bisa mudik ke dua kampung. Kampung suami dan kampungku. Alhamdulillah, keluarga kami masih berada di satu provinsi walaupun yang satu di jawa bagian selatan, yang satu di jawa bagian utara. Coba beda pulau. Nggak kebayang deh tuh ribet mudiknya. Hehe

Jadi apa dong, yang selalu bikin ingin pulang. Keluarga. Yap, bisa ketemu dengan keluarga di momen yang memang dinanti setiap umat muslim itu sesuatu banget. Momen kebersamaannya itu lo yang nggak tergantikan.

Kapan lagi keluarga besar bisa ngumpul, semuanya pulang, mengais memori masa lalu, berbagi cerita, meluapkan kerinduan sambil menikmati masakan mama, mendatangi setiap tempat kuliner favorit yang selalu dirindukan di perantauan. Ah, sungguh nikmatnya. Rasanya jiwa raga disetrum energi positif yang sangat besar, yang membuat kita kadang lupa untuk kembali ke perantauan. Haha

Jujur saja, hal yang dirindukan selain kumpul keluarga adalah kuliner. Yuhu, kalo pulang kampung itu, pasti udah ada daftar kuliner yang harus dinikmati. Dari taoto, megono, pecel, kerang, keong, grombyang dan sekedar gorengannya yang khas. Yah ketahuan deh asli aku darimana. Hehe

Kalo di kampung suami, itu rindu ketenangan, masak yang masih pakai kayu, suasana yang beneran masih asri, kampung banget, nyaman bikin tenang hati. Selain ini, khas masakan yang berbeda karena benar-benar dimasak sendiri penuh cinta dengan bahan alami dari kebun sendiri. Beneran bikin kangen.

Itulah sedikit cerita mudik kali ini. Gimana cerita mudik kamu?